Opini  

Pencari Kerja Membludak: Cermin Negara Gagal Menjamin Masa Depan Rakyat

Oleh: Jasmine Fahira Adelia, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Baru-baru ini jagat maya diramaikan oleh pemandangan yang memilukan, puluhan ribu pencari kerja menyerbu job fair di berbagai kota seperti Cianjur, Bekasi, dan Tangerang. Pakaian rapi, map berisi cv di tangan, dan wajah penuh harap. Semua membentuk antrean panjang dan melelahkan. Tapi lebih dari itu, ini adalah potret nyata, betapa sempitnya pintu pekerjaan di negeri sendiri.

Sebagaimana yang diberitakan mediajambinews.com, (1/6/2025), Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, mengatakan, lonjakan jumlah pelamar ini sebagai ‘fenomena global’. Ia juga menyinggung masih maraknya praktik percaloan dalam proses rekrutmen. Tapi benarkah kita hanya bisa menyederhanakan tragedi ini sebagai ‘fenomena’?

Padahal, banyak dari mereka yang datang bukan hanya ‘coba-coba melamar’, tapi benar-benar membutuhkannya. Mereka tulang punggung keluarga. Mereka yang berharap setelah lulus sekolah bisa segera mengangkat beban rumah. Mereka yang rela antre berjam-jam di bawah terik matahari, hanya untuk satu kemungkinan, diterima kerja.

Ketika negara gagal membuka lapangan pekerjaan yang merata, dan ketika sistem perekrutan pun masih diwarnai percaloan dan nepotisme, maka wajar jika rakyat kehilangan kepercayaan. Wajar jika mereka mulai bertanya: “Apakah negeri ini masih bisa menjamin masa depan kami?”

Itulah yang terjadi di sistem kapitalisme yang sudah jelas-jelas negara gagal menjamin masa depan rakyat, sehingga sangat sulit mencari kerja. Padahal, Islam memandang bekerja adalah bagian dari kehormatan manusia. Dalam hadis disebutkan, “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri…” (HR Bukhari).

Islam mengajarkan, negara punya tanggung jawab untuk menjamin kebutuhan dasar rakyat — termasuk pekerjaan yang layak. Jika negara lepas tangan, maka ini bukan hanya kegagalan administratif, tapi juga kegagalan moral.

Maka ketika sistem negara tidak mampu menjawab, umat harus saling menguatkan. Mendorong pelatihan keterampilan, berbagi informasi lowongan kerja yang jujur dan transparan, hingga mendampingi teman-teman muda untuk membangun usaha dari kecil. Dakwah pun tidak hanya di atas mimbar, tapi juga di ruang-ruang pelatihan kerja, di forum komunitas, dan di hati mereka yang sedang patah semangat.

Ribuan orang yang membludak di job fair bukan hanya angka. Mereka adalah wajah-wajah kita, saudara, sahabat. Maka, jangan sampai kita hanya menonton dan mengeluh. Saatnya kita bertanya lebih dalam, bukan hanya “Kok bisa?”, tapi juga “Apa yang bisa aku lakukan hari ini?” Karena negeri ini akan terus suram, jika kita tidak mulai menyalakan cahaya dari diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa…”[]