BINTARO, TANGSEL – Haryanto Lie, mungkin tidak pernah mengira jika konsep rumah makan bernuansa pedesaan yang dibangunnya di tengah perkotaan pada 2010 menjadi trend masa kini. Perjuangan Lie selama kurun waktu 15 tahun, membuahkan hasil gemilang. Penataan yang dikemasnya sajian menu khas Nusantara dalam nuansa pedesaan menjadi daya tarik Amanaia.
Konsep yang dibangun Lie mendapat respon positif masyarakat bahkan dari mancanegara.
“Kita memberikan pilihan kepada masyarakat kota untuk merayakan kebersamaan bersama keluarga yang selama ini mungkin pilihannya lebih banyak berbau resto luar, beralih ke kuliner lokal. Kami menyebutnya saat ini kuliner Nusantara,” ujar Kalvin Pratama Lie, Managing Director Amanaia.
Kalvin yang merupakan generasi kedua dari dinasti bisnis Talaga Sampireun yang kini menjadi Amanaia, menjadi motor penggerak dari semua proses penetrasi bisnis Amanaia.
“Nama Talaga Sampireun yang di Bintaro Tanggerang Selatan, tetap dipertahankan. Karena itu merupakan awal sejarah lahirnya bisnis ini, ” terang Kalvin.
Lebih lanjut Kalvin menjelaskan bahwa saat ini Amanaia tidak hanya ada di Bintaro Tanggerang Selatan. Tapi sudah menyebar di beberapa kota dengan konsep yang sama.
“Yang di Bintaro, tetap menggunakan nama Talaga Sampireun. Di kota lain, kita menjadi Amanaia,” Kalvin menegaskan.
Kalvin kemudian menjelaskan filosofi kata Amanaia. “Aman” dalam bahasa Indonesia berarti “damai” atau “aman”. Itu menggambarkan suasana tenang, nyaman yang dirasakan setiap orang saat bersantap di tepi danau di Amanaia. Sedangkan “naia”, lanjut Kalvin, pengusaha muda jebolan Queensland University Australia ini, berasal dari kata “naya” yang dalam beberapa budaya berarti “air” atau “segar”.
Senada dengan Kalvin, Winda Tatiana, Direktur Operasional mengatakan bahwa Talaga Sampireun dikenal banyak orang dengan makanan khas Sunda-nya. “Amanaia itu lebih ke kuliner Nusantara. Dan, kami pastikan, makanan yang disajikan di Amanaia manapun, melalui proses quality control yang ketat. Semua bumbu dibuat di central kitchen dengan SOP yang tersistem sehingga memudahkan kontrol jika terjadi masalah,” jelas Winda.
Bahkan kata dia, khusus untuk procurement, itu diurus divisi sendiri selevel direktur. Tidak mengherankan jika 1.4 juta pengunjung setiap tahun, datang dan mencicipi sajian masakan berkualitas Amanaia.
Menurut Winda, ada tiga hal yang menjadi prinsip wajib Amanaia. Menu Nusantara pastinya, Pelayanan Cepat, dan Konsistensi Rasa. “Kami pastikan, jika makanan yang Anda pesan, baru disajikan lebih dari 30 menit, Anda tidak perlu bayar. Kami gratiskan,” tegas Winda.
Amanaia kini hadir di pusat-pusat Kota seperti Amanaia Satrio (Jalan Satrio/Kasablanka Jakarta Selatan), Amanaia Menteng Jakarta Pusat, Amanaia Grand Kota Bintang Bekasi, Amanaia Bali, Amanaia Vimala Hills, Amanaia D’Mall Depok, Amanaia Cikarang, Amanaia Alam Sutera, Amanaia Green Terrace Taman Mini
Amanaia Kota Harapan Indah
Amanaia BSD City
Amanaia Podomoro Park Bandung.
Amanaia tidak hanya menjanjikan sedapnya sajian masakan Nusantara berkualitas, tapi juga memberikan ruang kepada masyarakat yang ingin menggunakan Amanaia sebagai venue pilihan untuk peristiwa sakral pernikahan baik dalam skala besar maupun untuk intimate wedding dengan paket mulai dari 50 orang.
“Dengan sentuhan modern dalam nuansa pedesaan, menjadikan Amanaia bukan hanya nyaman dan mengasyikan, ada banyak pilihan bagi pengunjung untuk memilih spot spot foto cantik yang ada disini,” papar Winda. (BangNoel)