Tradisi Maulid Nabi di Betawi

Tradisi Maulid Nabi di Betawi

Oleh : Murodi al-Batawi

Masyarakat Betawi dikenal sebagai komunitas masyarakat yang religius. Islam, merupakan agama yang seratus persen dianut. Hampir semua tradisi yang ada dan dilaksanakan umat Islam, selalu dilaksanakan secara baik oleh masyarakat Betawi.

Di antara tradisi yang selalu dilaksanakan adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw atau dikenal dengan sebutan Maulid Nabi Muhammad saw yang dilaksanakan pada setiap bulan Maulid. Bulan ini dikenal Muslim Indonesia sebagai bulan-bulan yang diagungkan Muslim Dunia, termasuk Muslim Indonesia, karena memiliki nilai haistoris luar biasa.

Pada bulan ini, dikenal sebagai hari kelahiran junjungan kita, Nabi Besar Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada 12 Rabi’ul Awal pada 671 M. Beliau dikenal di seluruh umat manusia sebagai manusia yang memiliki posisi tertinggi di sisi Allah swt.

Umat Muslim di Betawi juga sangat memuliakan dan menghormati Rasullah saw sebagai manusia agung. Karenanya, setiap bulan kelahiran beliau selalu diperingati dengan berbagai acara, misalnya dengan mengundang para kyai, para ulama dan habaib untuk berceramah di tengah Muslim Betawi.

Memberikan nasihat dan wejangan untuk tetap menghormati Rasulullah saw sebagai sosok toladan. Para ulama Betawi menceritakan sejarah perjuangan Rasulullah saw dalam menyebarkan Islam, baik di Mekkah atau Madinah, sampai kemudian agama ini datang di tanah Betawi dan masyarakat Muslim Betawi menerima Islam sebagai satu-satunya agama resmi mereka. Bahkan agama Islam menjadi perekat dalam pembentukan komunitas etnis Muslim Betawi.

Dari sinilah kemudian agama Islam memberikan pengaruh besar dalam pembentukan tradisi dan budaya Betawi. Semuanya dipadupadankan dengan nafas keislaman, sehingga masyarakat Betawi dikenal dengan masyarakat religius.

Acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Masyarkat Betawi

Jika di masyarakat Jawa peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan cara tersendiri, seperti Grebeg dan Sekatenan, maka masyarakat Betawi memperingatinya dengan ziarah ke makam para wali penyebar Islam, baik di Betawi atau di luar Betawi, mengadakan sunatan massal dan lain-lain, selain mengundang para kyai atau ulama untuk memberikan ceramah tentang figur panutan mereka, yaitu Nabi Muhammad saw.

Semua sisi posisi dan perjuangan Nabi Muhammad saw dijelaskan, sehingga para jama’ah yang mendengarkan memahi sepak terjang Rasul dalam berdakwah dalam menyebarkan Islam. Biasanya, sekitar tahun 1970 an, ulama terkenal yang diundang untuk berceramah adalah KH. Hasyim Adanan, KH. Abdullah Syafi’i, KH. Syukron Ma’mun, dan lain-lain. Mereka memiliki tempat tersendiri di hati madyarkat Betawi.

Nasi Berkat Ambeng Dalam Tradisi Maulid Nabi Muhmammad saw.

Ada hal yang sangat menarik saaat usai acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, yaitu makan Nasi berkat atau Ambengan yang sudah disispkan masyarakat. Pengucapan Nasi Ambengan ini mungkin merupakan pengaruh dari tradisi Jawa, yang kemudian di Betawi dengan sebutan Nasi Berkat, Nasi yang penuh dengan keberkahan, karena hidangan berupa nasi dan lauk pauk sudah dibacakan do’a. Dan memakannya memperoleh berkah atau berkat. Nasi berkat bukan hanya ada pada saat merayakan acara Maulid Nabi, jenis panganan ini ada pada setiap acara selamatan, baik selamatan hari-hari besar Islam atau acara tahlilan yang sering dilakukan Muslim Betawi karena hajatnya terpenuhi.

Usai pelaksanaan acara memperingati Maulid Nabi Muhammad saw, biasanya fitingi dengan acara ramah tamah dengan makan Nasi Berkat bersama dan juga disediakan besek untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh dari mengikuti acara petingatan Maulid Nabi Muhammad saw. Sesampai di rumah, biasanya keluarga sudah menunggu meski datang larut malam, mereka tetap menunggu. Anak stau keluarga yang dudah terlrlap tidur, dibangunkan untuk sekadar makan Nasi Berkat bersama-sama. Meski sudah larut malam, acara makan berkat bersama tetap dilakukan, karena memakan Nasi Berkst atau Nasi Ambengan, sangat nikmat. Kenikmatan itu dirasakan karena makan malam bersama dalam kondisi perut kosong dengan panganan berupa Ambengan yang dudah dibacakan do’a oleh banyak orang dibawah pimpinan para kyai yang datang saat itu. {Odie}.

Pamulang, 12 September 2024
Murodi al-Batawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *